Let's go flying

/ Senin, 31 Oktober 2011 /
Let’s go flying. We’ll see how this world is spinning. We’ll see how the sun is shining. We’ll fly to the heaven and swear to you I’ll be asking God; were you and I meant to be together?
***
Bukankah aku, yang kamu tanya mengapa manusia hanya bisa menerima takdirnya? Bukankah kamu yang mencerca tanpa sela, mengapa burung bisa namun tidak dengan kita? Mimpimu satu, terbang, mungkin terinspirasi burung hantu.

Lalu aku yang ganti sinis. Untuk apa berbelit-belit kalau perkerjaan rumahmu saja tidak pernah selesai? Untuk apa bermimpi terbang jika kamu tidak pandai menghafal susunan sel beruang? Atau singa, atau manusia. Kamu tertawa. Katamu kita tidak perlu matematika jika ingin terbang. Katamu teori biologi yang membuat kita lupa bermimpi. Katamu kamu akan mencoba mengembalikan mimpi-mimpi. Kataku, kamu bodoh sekali.

Hari-harimu sibuk selanjutnya. Kamu berusaha mengumpulkan bukti-bukti yang aku anggap tak kan pernah ada. Manusia tidak bisa terbang dan kamu membuang waktu saja. Kamu tidak peduli, bagimu aku yang tidak mengerti. Aku terlalu teoritis—dan kamu terlalu imajinatif—selaku. Kita tak akan mungkin bisa bertemu.

Tapi tahukah kamu aku gemar mendengar bualanmu. Aku suka tertawa pada ekspresimu. Aku suka mulutmu yang bergerak-gerak, tak mau berhenti meski kusekap dengan jari-jari. Aku suka, menghabiskan waktu untuk duduk saja, memasang muka kebosanan sementara hatiku kegirangan. Lalu alismu naik, ketika bibirku tak sengaja melengkung naik. Kamu bertanya apa aku akhirnya mengerti. Jawabku tidak. Aku tetap tak mengerti tentang mimpi.

Lalu kamu datang lagi. Berkata; aku ingin menyaksikannya, gerak rotasi dunia. Jawabku; nanti saja, kalau sayapmu sudah ada dan kamu bisa berjalan di udara.

Kamu cemberut. Aku tertawa.

Dan sekarang kamu diam. Ingatkah kamu terakhir kita bersama? Kamu berkata sudah akan dekat waktunya. Sayapmu akan tumbuh dan akan kamu ajak aku pergi ke Peru. Aku diam saja. Besok pagi ujian matematika.

Tidakkah kamu tahu aku mulai berusaha percaya. Bahwa manusia bisa terbang, namun dengan mesin saja. Aku tertawa. Kalau kamu ada, pasti kamu akan merajamku, tak terima. Tapi kamu masih diam. Tertidur di ujung kamar. Mulutmu terkatup tanpa harus kujejali jari-jari. Matamu menutup tanpa harus kupasangi tampang bosan setengah mati.

Kamu tertidur. Terbang sendiri, tanpa aku yang setengah mati mencoba percaya, manusia bisa terbang seperti merpati. Maukah kamu mengajakku? Lalu kita akan sama-sama melihat perputaran dunia. Lalu kita akan pergi ke surga. Akan kutanya Tuhan mengapa kita diciptakan berlawanan meski kita saling membutuhkan.

Aku ingin kamu kembali. Mengajarkan aku untuk bermimpi.

31 Oktober 2011
Chrysanta Aurelia.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Jump and fly., All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger