/ Kamis, 02 Februari 2012 /
Untuk kamu yang menjadi alasan juga tujuan.


Kamu tidak akan pernah membaca ini, aku tahu. Tidak akan pernah mau. Tapi jika ada sesuatu yang mungkin membuatmu membacanya, tolong diam saja, anggap saja kamu tak pernah membaca apa-apa.


Kamu ingat pesan pertamaku? Itu hari Minggu dan kamu sedang di gereja. Aku tidak pernah dekat dengan orang sepertimu sebelumnya. Dan tidak perlu alasan untuk membuatku terkesan. Aku suka, membaca lama-lama pesan selamat malammu yang sederhana. Aku suka, membaca pesanmu di sela jam sekolah yang berjalan lama, lalu tertawa sendirian.


Terima kasih untuk 30 Agustus 2009 yang istimewa. Untuk pagi-pagi selanjutnya yang kita rangkai dengan cerita. Untuk nasehat-nasehat culas yang biasa kamu lontarkan dengan pedas. Untuk ejekan yang kelamaan menjadi klise namun tetap membuatku tertawa. Untuk kalimat-kalimat masa bodohmu. Untuk omelanmu. Untuk kesabaranmu yang kadang membuat aku merasa; jika bukan kamu lalu siapa? 


Terima kasih untuk ketukan di jendela dan mata yang berkaca-kaca. Untuk bahu yang mau basah oleh air mata. Untuk sepotong pertanyaan; kamu kenapa? Untuk jemputan setiap Minggu pagi. Untuk alasan-alasan yang terkadang tidak bisa aku percaya. Untuk pesan-pesanmu, yang mungkin berjumlah ratusan ribu. Terima kasih. Terima kasih untuk semuanya.


Jangan tertawa. Tolong jangan. 


Aku tahu kamu paling suka komik. Tidak suka sayur-sayuran kecuali dalam gado-gado. Menyukai semua yang berbau fantasi. Menyukai Liverpool atau Arsenal atau Inter Milan; ketiganya adalah tim yang sedang perlahan bangkit dari keterpurukkan, katamu. Kamu banyak bicara tapi kadang lebih suka diam saja. Kamu benci kalau idolamu dihina. Kamu mudah terpancing emosinya, tapi mudah pula reda. Dan kamu suka menyubiti lengan Ibumu dengan kedua jarimu. Belakangan, aku suka melakukannya juga lho. Biar aku bisa ingat kamu yang juga sering menyubiti lenganku.


Aku suka tertawamu yang aneh. Suka setiap kali kamu mengancam akan menurunkanku dari motormu tiap kali aku menghina. Suka pertanyaan; kamu kenapa e? yang kamu tanyakan tiap kali aku diam saja. Suka cemberutmu tiap kali aku menutup pintu sebelum motormu pergi dari depan rumahku, aku hanya becanda, aku hanya selalu suka melihatmu pura-pura marah. Aku suka.


Ah kenapa ya aku sedih? Katamu aku cengeng. Biar saja.


Aku menulis ini supaya aku bisa ingat lagi, perasaanku belum mati. Mungkin tidak akan.


Sekarang, silakan tertawa. Tapi tolong jangan bilang aku kalau kamu sudah membacanya.


Untuk Antonius Masadjie Abisuryo
yang pikiran dan usianya—kadang—tidak berjalan seirama.

2 komentar:

Anonim on: 7 Februari 2012 pukul 18.37 mengatakan...

aku abi , aku baca :P MUAHAHA yes!

{ FCA } on: 15 Februari 2012 pukul 16.26 mengatakan...

Waa tidak! Eh cidaakkk.

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Jump and fly., All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger