Katamu, setelah ratusan juta detik yang kita habisi bersama, cukup.
Kataku, setelah satu detik yang akhirnya menyadarkan, jangan
Untuk apa, kataku lagi, kita sama-sama berbagi, bermimpi, lalu kamu pergi.
Dan begitu saja, ada kilasan kenangan yang bergantian berebut perhatian. Ada kamu, aku, lalu kita yang kembali berbagi tawa. Baru aku mengerti, selain tidur dan mandi, ada kamu yang menjadi rutinitasku. Mungkin aku yang terlalu takut, berdoa sendiri tanpa ada yang mengingatkan lagi. Atau mungkin kamu, yang diam-diam pandai merangkai kata yang mencipta iba. Atau mungkin kita, yang terlalu lama bersama dan mencipta candu. Mungkin, semacam itu.
Tapi berjanjilah, seperti katamu kemarin dulu, sekalipun nantinya, entah kapan, kamu menyadari ini bukan lagi tentang rasa cinta, kita akan tetap bisa bersama. Bukan untuk berbagi hati, hanya mimpi, dengan cara kita sendiri-sendiri.
Meski bagiku, mimpi kita berdua tetap lebih terdengar merdu.
0 komentar:
Posting Komentar