Payungmu merah jambu. Pekat. Di bawah kakimu, pasir-pasir bergeming, dibelai angin, masuk ke sela-sela kakimu yang tak beralas sepatu. Matamu menyipit, disengat matahari pagi, sengit. Terusanmu biru tua, selalu sama setiap hari Selasa. Dan rambutmu tergerai begitu saja. Hitamnya tidak legam namun seakan bersinar, kalau aku boleh sedikit melebih-lebihkan.
Lalu akan tiba waktunya, ketika perahu nelayan satu persatu merapat di dermaga, matamu melepas air mata. Kamu menunggu, siapapun itu, lelakimu yang dulu, yang katamu tak pernah kembali pulang walau ribuan subuh sudah kamu habiskan menunggu perahunya datang.
Dan ketika matahari sudah naik sepenuhnya, kamu akan memalingkan muka. Lalu matamu akan selalu menemukan mataku yang terpana, terpejam sekilas, kemudian kau paksa senyummu terulas. Lalu tanganmu akan menggandengku. "Sekarang kita pulang," bisikmu, merdu.
***
"Aku mau menjadi Homotrema Rubrum-nya. Yang harus pecah agar pasir di pantainya bisa bersemu kemerahan dengan indah."
Picture: Pantai "Pink" Tangsi, Lombok Timur.
0 komentar:
Posting Komentar