"Awas Saya Eksklusif!"

/ Kamis, 12 Agustus 2010 /
Tentu saja bukan saya yg akan berkata begitu. Saya bukan termasuk orang yg bersikap eksklusif. Bukan juga inklusif,saya rasa. Toh saya tidak bisa dengan mudah bersikap terbuka pada orang yg baru saja saya temui. Saya tidak bisa mengkategorikan diri saya sendiri.

Idenya muncul setelah saya menengok twitter seseorang. Beberapa tweets-nya mengungkapkan rasa bosannya mengikuti acara keagamaan di sekolah dan lebih memilih hang-out bersama teman-teman dekatnya. Jujur, saya mengamati orang itu selama kegiatan keagamaan berlangsung karena kebetulan ia menganut agama yang sama dengannya.

Jadi selama kegiatan berlangsung, ia lebih memilih mengurung diri di kamar, lebih memilih mematung sambil sibuk berkutat dengan handphonenya, atau--menurut beberapa tweetsnya--lebih suka "kabur" dari lokasi.

Saya dan beberapa panitia lain tentu kadang merasa kesal karena acara sudah kami siapkan dengan susah payah. Tapi di kesempatan yang sama, kami juga merasa nrimo pada hal-hal yang ia lakukan karena toh dari awal kami sudah tahu dia akan berbuat seperti itu.

Jujur saja saya merasa kasihan dengan dia. Bukan karena niat untuk mau menyindir--saya mulai bosan dengan kebiasaan saya yg gemar menyindir orang. Selama ini saya menganggap ia 'nyebelin' meski sebenarnya kata itu sangat relatif. Bisa jadi dia menyebalkan untuk saya tp sangat hangat bagi sahabat-sahabatnya. Atau juga sebaliknya. Kembali ke persoalan awal, saya mengamati bahwa hanya ada segelintir orang yg selama kegiatan berlangsung bisa akrab dengannya. Salah satu tweetsnya menyatakan bahwa ia tidak betah dengan suasana di sana. Mungkin lebih karena ia tidak menemukan orang yg bisa nyaman bercakap-cakap dengannya.

Kasihan tentu. Karena toh saya kadang juga merasa begitu. Terasing di antara orang-orang yg saya kenal tapi tidak bisa nyambung dengan obrolan-obrolan mereka. Tapi hal itu tentu bukannya harus menjadi alasan bagi kita untuk mutung dan malah menutup diri. Karena tentu hal itu malah akan membuat orang lain jengah dengan sikap-sikap yang 'sok' meremehkan lengkap dengan tatapan intimidasinya. Tidak perlu harus seperti itu kan? Toh meski mungkin ia menganggap kami semua tidak bisa masuk dalam kriteria orang yg bisa menjadi temannya, kami masih menerima dia di dalam komunitas kami yang hanya beranggotakan segelintir orang.

Saya rasa itu kembali pada masing-masing orang karena mungkin saya juga bisa saja bersikap seperti dia. Jadi toh ini hanya jadi seperti 'senjata makan tuan' atau dalam kasus ini 'posting-an makan tuan'.

Saya rasa saya juga akan merasa terasing di tengah orang-orang yg saya anggap 'di atas' saya. Saya tidak mencoba menasehati karena saya sendiri pun tahu kadang memiliki masalah dalam pergaulan. Saya hanya akan berkata bahwa dimanapun kita akan bertemu dengan orang-orang seperti aku dan dia, jangan kemudian menjauhi dan menggosipkannya. Kita hanya harus mencoba untuk membalik pikiran kita dan membayangkan menjadi seperti dia :)

12-08-2010
Chrysanta Aurelia ♥

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Jump and fly., All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger