Hai.
Karena menulis adalah salah satu caraku untuk tidak menjadi
gila dan kamu adalah satu dari sedikit yang bisa menjadi inspirasinya. Aku
ingin banyak-banyak menulis tentang kamu.
Selamat malam,
Aku benci sekaligus menyukai kenyataan bahwa aku mengagumimu
semakin dalam. Jauh lebih daripada sebelumnya. Lalu setelahnya, aku akan membenci
kenyataan bahwa mencintaimu seharusnya adalah kesalahan. Setidaknya begitu kata
orang-orang. Meski sebenarnya tahu apa mereka tentang mana yang salah dan mana
yang benar? Ketika mereka tidak ada di posisiku, atau posisimu. Kamu harus tahu
seberapa sering mereka bilang aku seharusnya berhenti. Juga seberapa sering aku
sendiri mencoba untuk berhenti. Tapi usahaku dan usaha mereka rasanya sia-sia,
toh pada akhirnya aku jatuh cinta lagi, entah untuk keberapa kali pada sosokmu.
Aku sering berpikir kadang Takdir itu lucu. Dari sekian juta
laki-laki dan milyaran kemungkinan waktu, mengapa aku bisa mencintai kamu di
waktu yang seperti ini. Mengapa kita tidak bisa menjadi pasangan yang
normal-normal saja, yang bisa pergi setiap Malam Minggu, kemana saja semaunya. Tanpa ada jarak, serta
perasaan bersalah yang menjauhkan kita. Lalu kemudian biasanya aku akan mulai
berpikir, apa mungkin semuanya pertanda bahwa kita memang seharusnya tidak
saling jatuh cinta?
Tapi seperti aku pernah bilang sebelumnya, mencintai kamu
adalah candu. Kenyataannya setiap pagi aku mencintai kamu lebih daripada pagi
sebelumnya hingga aku sendiri tidak tahu lagi bagaimana cara untuk menyampaikannya—karena
kata-kata sayangku menjadi terdengar semakin klise dan mulai kehilangan
maknanya. Aku menyukai rasa sesak bahagia setiap memikirkan kamu. Sama halnya
seperti aku menyukai setiap mendapati kamu akan datang ke kotaku sebentar lagi.
Pada saat-saat itu, aku berhenti peduli apa yang akan orang-orang katakan, atau
hati siapa yang mungkin telah aku patahkan. Aku ingin mencintai kamu tanpa
peduli semua itu. Sekali-kali saja, mencintaimu dengan egois dan naif.
Maka akhirnya, apa boleh aku meminta kamu menggenggam lebih erat
tanganku? Meminta kamu untuk tidak berhenti membuatku percaya bahwa kamu juga mencintaiku sebesar itu. Meminta kamu untuk tidak pernah bosan meyakinkanku bahwa semuanya ini
cuma ujian, bukan upaya semesta untuk memisahkan kita berdua. Hingga kemudian aku bisa berani memimpikan masa depan kita.
***
Hehe. Sorry if I’m being too cheesy. It’s just the weather,
maybe? And ah, probably because I miss you just way too much.
Cepet ke Jogja yaaaa :)
0 komentar:
Posting Komentar